Suku Mentawai
Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan suku Enggano, mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat. Daerah hunian warga Mentawai, selain di Mentawai juga di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya
Kepulauan Mentawai |
A. Sejarah
Mentawai dikenal juga sebagai Mentawei dan Mentawi adalah penduduk asli Kepulauan Mentawai, sekitar 100 mil dari provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Mereka menjalani gaya hidup pemburu-pengumpul semi-nomaden di lingkungan pesisir dan hutan hujan di pulau-pulau tersebut.
Suku Mentawai merupakan salah satu suku yang tertua di Indonesia. Nenek moyang dari Suku Mentawai ini diketahui dan diyakini oleh para peneliti sudah mendiami lokasi kepulauan Mentawai di barat Sumatera sejak tahun 500 SM.
Hal ini yang membuat kebudayaan dari Suku Mentawai serta adat istiadat yang dimiliki oleh Suku Mentawai sangatlah kuat.
B. Kepercayaan
Orang-orang Mentawai dicirikan oleh spiritualitas mereka yang kuat, seni tubuh, dan kecenderungan mereka untuk mengasah gigi mereka, sebuah praktik yang mereka rasa membuat seseorang menjadi cantik. Mentawai cenderung hidup serentak dan damai dengan alam di sekitar mereka karena mereka percaya bahwa semua benda di alam memiliki semacam esensi spiritual.
Sebelum mengenal agama Kristen, suku Mentawai mengikuti kepercayaan mereka sendiri yang disebut Sabulungan. Ini adalah kepercayaan animisme di mana segala sesuatu memiliki roh dan jiwa. Ketika arwah tidak diperlakukan dengan baik atau dilupakan, mereka mungkin membawa nasib buruk seperti penyakit dan menghantui mereka yang melupakannya. Mentawai juga memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap benda-benda yang mereka anggap suci.
C. Budaya
Suku Mentawai dikenal dunia karena tatonya yang dianggap sebagai tato tertua di dunia. Tato adalah hal wajib bagi Sikerei atau dukun suku Mentawai. Memang, tato bagi masyarakat Mentawai tidak wajib, tetapi wajib bagi Sikerei. Bagi suku yang masih tinggal di pedalaman dan belum banyak tersentuh modernisasi ini, pun mengandalkan tato sebagai bentuk kesenian dan juga sebagai bentuk pakaian.
Sikerei adalah orang yang dipercayai memiliki kekuatan spiritual yang tinggi dan kedekatan dengan roh leluhur untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sikerei bertugas untuk melakukan penyembuhan pada orang sakit dengan memberikan ramuan obat sambil menarikan tarian khusus disebut dengan Turuk.
Turuk adalah tarian untuk memanggil arwah leluhur. Di dalam Suku Mentawai Sikerei diperlukan sangat baik. Selain Sikerei juga harus didampingi mediator yang bertugas menjaga kelancaran arus komunikasi antara penduduk suku dengan alam para arwah leluhur.
D. Rumah
Suku Mentawai memiliki rumah adat dengan bentuk mirip seperti rumah adat Sumatera Barat. Desain rumah panggung yang berbahan kayu ataupun bambu.
Suku Mentawai memiliki 3 jenis rumah adat yang biasa digunakan. Salah satunya adalah Uma, yaitu rumah yang berukuran besar. Biasanya ditempati oleh tiga hingga empat keluarga dalam satu rumah. Jenis rumah yang kedua adalah Lalep, yaitu jenis rumah yang berukuran lebih kecil, dan biasa ditempati oleh satu keluarga saja di dalam rumah tersebut. Kemudian jenis rumah yang ketiga adalah jenis rumah bernama Rusuk.
Suku Mentawai memiliki 4 marga besar yaitu sebagai berikut:
1. Samakalek
Samakalek berada di Limau Simatula. Suku tersebut menyebar ke Simalegi sekitar Betaet (ibukota kecamatan Siberut Barat) menjadi Salabbekeu, sebagian anggota suku Salabbekeu kembali ke Simatalu dan memecah dengan nama beberapa suku, Siritoitet, Saroro, Sapojai, Sagulu, Saumanuk, Saurei, Samakalek.
2. Samoilanggan
Samoilanggan berada di daerah Simatalu tepatnya di daerah Saibi dan menyebar ke Saumanganyan menjadi Tasirileleu, ada yang ke Saibi menjadi Saerejen, beberapa orang dari Samoilanggan menyebar ke ibukota kecamatan Siberut utara Sikabaluan menjadi Sakelak Asak, yang menyebar ke daerah Saibi menjadi Sirirate kemudian menurunkan Satoko, yang ke Simalegi menjadi Tasirebdep, yang ke Sirilogui menjadi Saguntung, dan yang menyebar ke Sirilogui ada yang menamakan diri Sakatunang.
3. Taporuk
Klan Taporuk terbagi menjadi dua yaitu di Simalegi dan di Cimpungan. Taporu di Cimpungan mitosnya adalah nama lain dari Samaloisa yang datang dari Nias ke Labuan Bajo, kemudian ke Simalegi merubah menjadi Sabolak, lalu ke Simatalu merubah menjadi Sakelak dan berganti nama menjadi Taporuk di Simatalu.
4. Saimpunuk
Saimpunuk tinggal di daerah Saibi. Kemudian menyebar dari Simatalu ke Simalegi bernama Siritubui, kemudian kelompok yang menyebar ke Terekan menjadi Sirisurak, lanjut ke Siriloggui menjadi Siribaru, lalu pindah lagi ke daerah Cimpungan menjadi Salalatek, terakhir pindah ke Bojakan menjadi Saempunuk.
Posting Komentar untuk "Suku Mentawai"